Tepat satu tahun lebih aku merasakan hidup di
kampung orang. Saat pertama kali menginjakkan kaki di kota daeng mei 2013, hati
ku langsung menciut. Apakah aku bisa bertahan di kampung orang, yang terkenal
keras. sendiri tanpa keluarga atau pun teman. Walaupun ada keluarga itupun
sudah diluar wilayah kota daeng ini.
Pertamakali keluar dari departure gate, aku shock
berat ketika barang barang bawaanku di rebut para buruh angkat dan para supir
taxi, aku sempat kaget, berasa jadi artis tapi kok seperti ini khawatir mereka
berniat buruk atau kriminal. Aku yang waktu itu sempat di dampingi ayah meminta
bantuan petugas untuk mencari transport menuju bilangan bantimurung. Ya
ditempat salah satu kerabat ibu ditempat itulah persinggahan pertama untuk memulai
segalanya, segalanya tentang masa depan, petualangan baru, proses pendewasaan,
dan lingkungan baru yang sangat jauh berbeda dari biasanya.
Kota daeng. Cukup panas, padat, dan seperti kota
kota kebanyakan..padat pemukiman,toko, bangunan tinggi, dan yang menurutku
paling berkesan adalah transportasi umum yang padat bahkan sangat padat.
Disini transport paling fenomenal
adalah angkot, tapi aku sempat ditertawakan teman,karena ternyata disini bukan
angkot tapi PTPT. Lucu yah entah apa kepanjangannya. Dan sepertinya angkutan
ini akan jadi transportasi andalan kemana mana. Konon makassar tanpa PTPT itu
gak rame.
Dikota
daeng ini juga ada pemandangan unik di setiap mulut mulut gang atau lorong atau
jalan kecil, selalu ada segerombol motor siluman. Iya motor siluman itu motor
yang yang di modifikasi setengah becak. MOTOR + BECAK = BENTOR.
dan masih banyak lagi keunikan kota daeng yang bisa ditemukan disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar