Kamis, 09 Oktober 2014

kota daeng





Tepat satu tahun lebih aku merasakan hidup di kampung orang. Saat pertama kali menginjakkan kaki di kota daeng mei 2013, hati ku langsung menciut. Apakah aku bisa bertahan di kampung orang, yang terkenal keras. sendiri tanpa keluarga atau pun teman. Walaupun ada keluarga itupun sudah diluar wilayah kota daeng ini.
Pertamakali keluar dari departure gate, aku shock berat ketika barang barang bawaanku di rebut para buruh angkat dan para supir taxi, aku sempat kaget, berasa jadi artis tapi kok seperti ini khawatir mereka berniat buruk atau kriminal. Aku yang waktu itu sempat di dampingi ayah meminta bantuan petugas untuk mencari transport menuju bilangan bantimurung. Ya ditempat salah satu kerabat ibu ditempat itulah persinggahan pertama untuk memulai segalanya, segalanya tentang masa depan, petualangan baru, proses pendewasaan, dan lingkungan baru yang sangat jauh berbeda dari biasanya.

Kota daeng. Cukup panas, padat, dan seperti kota kota kebanyakan..padat pemukiman,toko, bangunan tinggi, dan yang menurutku paling berkesan adalah transportasi umum yang padat bahkan sangat padat.

          Disini transport paling fenomenal adalah angkot, tapi aku sempat ditertawakan teman,karena ternyata disini bukan angkot tapi PTPT. Lucu yah entah apa kepanjangannya. Dan sepertinya angkutan ini akan jadi transportasi andalan kemana mana. Konon makassar tanpa PTPT itu gak rame.
          Dikota daeng ini juga ada pemandangan unik di setiap mulut mulut gang atau lorong atau jalan kecil, selalu ada segerombol motor siluman. Iya motor siluman itu motor yang yang di modifikasi setengah becak. MOTOR + BECAK = BENTOR.
dan masih banyak lagi keunikan kota daeng yang bisa ditemukan disini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar